Twitter menjadi sorotan dalam dua hari terakhir karena perdebatan sengit tentang ibadah haji yang dilakukan oleh Anies Baswedan, yang konon berasal dari undangan Raja Salman. Namun, kontroversi tidak berhenti di situ. Para warganet kemudian memperbincangkan foto Anies dan Ganjar yang bertemu di tengah-tengah ibadah haji, seperti yang terlihat dalam foto yang diunggah oleh politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.

Namun, foto tersebut diunggah ulang oleh sebuah akun media sosial dengan menghilangkan wajah Anies Baswedan dan istrinya. Hal ini langsung memicu reaksi pro dan kontra dari warganet yang membanjiri kolom komentar di akun partai tersebut. Seharusnya, kedekatan dan persahabatan antara calon presiden, terutama saat melaksanakan ibadah haji, seharusnya menjadi pemandangan yang menyejukkan. Meskipun dalam kontestasi pemilihan presiden 2024 mendatang, hampir pasti mereka akan bersaing untuk menjadi Presiden RI.

Baca juga:

Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC), Andriadi, berpendapat bahwa narasi provokatif sengaja dibuat oleh sekelompok orang, salah satunya adalah PDIP melalui media sosial resminya yang dengan sengaja menghilangkan foto Anies di antara tokoh politik yang tengah berfoto bersama di Makkah, Arab Saudi.

Namun, Andriadi meyakini bahwa para pendukung dan relawan yang melihat foto asli Ganjar dan Anies telah memahami pesan kedamaian yang ingin disampaikan oleh kedua calon tersebut. "Meskipun ada upaya provokatif untuk merusak suasana, kita berharap agar perpecahan seperti yang terjadi pada pemilihan presiden 2014 dan 2019 tidak terulang," katanya.

Undangan untuk beribadah haji adalah hal biasa sebagai bentuk hadiah, penghormatan, dan tanda persahabatan antara Kerajaan Saudi dan Indonesia. Namun, undangan tersebut seolah-olah dijadikan elemen politis karena di dalamnya terdapat calon presiden Anies Baswedan dan calon presiden Ganjar Pranowo untuk tahun 2023," ujar Andriadi dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu (28/6/2023).

Dia berpendapat bahwa jika undangan tersebut disengaja dikaitkan dengan politik, maka calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, seharusnya juga diundang. "Ini juga menimbulkan pertanyaan mengapa calon presiden Prabowo Subianto tidak termasuk dalam undangan," tanya Andriadi.

Baca juga:

Karenanya, Andriadi menyayangkan ketika beberapa pihak meributkan tentang undangan haji daripada ibadah itu sendiri. Apalagi, Anies dan Ganjar dilihat saling bertemu, menunjukkan kedekatan para tokoh ini

sebagai gambaran suasana politik yang damai. Andriadi Achmad, seorang pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, merespons perdebatan publik yang ramai mengenai bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang melaksanakan ibadah haji melalui undangan khusus dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Alsaud.

Warganet, terutama para pendukung masing-masing bacapres, saling menyerang kubu lawan mengenai undangan haji khusus ini. Namun menurut Andriadi, kuota undangan dari Kerajaan Arab Saudi untuk para tokoh penting Indonesia dalam pelaksanaan ibadah haji adalah hal biasa dan terjadi setiap tahun.

Seperti yang disampaikan oleh Menteri Agama Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia, Ahmed bin Essa Alhazmi, total ada 50 orang warga Indonesia yang mendapat kehormatan untuk menunaikan ibadah haji melalui undangan Raja Salman.

Meskipun perdebatan ini terus berlanjut, penting bagi kita untuk menjaga suasana yang damai dan tidak mempolitisasi ibadah haji. Kedekatan antara Anies dan Ganjar yang terlihat dalam foto tersebut seharusnya menjadi contoh bahwa politik dapat berjalan seiring dengan rasa persahabatan dan kedamaian. Semoga perpecahan seperti yang terjadi pada pemilihan presiden sebelumnya dapat dihindari, dan semoga ibadah haji menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi semua yang melaksanakannya.

Post a Comment