Yenny Wahid, putri dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memiliki perjalanan yang menarik dalam dunia politik dan jurnalistik. Meskipun awalnya terjun ke dunia jurnalistik, Yenny terpaksa meninggalkannya ketika sang ayah terpilih sebagai Presiden. Namun, Yenny tetap mendampingi ayahnya dalam posisi sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Setelah masa jabatan ayahnya sebagai presiden berakhir, Yenny melanjutkan pendidikannya di Universitas Harvard, Amerika Serikat, dan meraih gelar Magister Administrasi Publik dengan beasiswa Mason. Pada tahun 2004, setelah kembali ke Indonesia, Yenny langsung menjabat sebagai Direktur Wahid Institute, sebuah lembaga yang didirikan oleh ayahnya.

Baca juga:

Selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Yenny sempat menjadi staf khusus bidang komunikasi politik selama satu tahun. Namun, karena perbedaan kepentingan dengan jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Yenny akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Pada tahun 2008, dia didepak dari PKB oleh Muhaimin Iskandar. Yenny kemudian mendirikan partainya sendiri, Partai Indonesia Baru pada tahun 2012, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).

Pada Januari 2020, Yenny ditunjuk sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia, mewakili publik. Namun, tak lama setelah itu, dia mengundurkan diri dengan alasan membantu mengurangi biaya perusahaan tersebut. Yenny menyampaikan keputusannya melalui akun Instagram pribadinya pada 13 Agustus 2021.

Sebelum terjun ke dunia politik, Yenny juga memiliki pengalaman sebagai koresponden untuk koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald, dan The Age. Saat bertugas di Timor-Timur, Yenny berhasil membuat liputan pasca-referendum yang memenangkannya penghargaan Walkley Award, sebuah penghargaan jurnalistik bergengsi di Australia. Ia juga terlibat dalam meliput peristiwa Jakarta menjelang Reformasi 1998.

Yenny Wahid merupakan seorang politikus Indonesia dan aktivis Nahdlatul Ulama (NU). Lahir pada 29 Oktober 1974, Yenny adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Gus Dur dan Sinta Nuriyah. Sebelum terjun ke politik, Yenny menyelesaikan studi Psikologi di Universitas Indonesia (UI), namun kemudian memutuskan keluar dan melanjutkan pendidikan di Jurusan Desain dan Komunikasi Visual, Universitas Trisakti. Setelah lulus, Yenny memilih menjadi wartawan yang secara khusus bertugas di Timor-Timur dan Aceh, mendampingi ayahnya.

Baca juga:

Yenny Wahid telah dikenal sebagai sosok yang mewakili pemikiran pluralisme ala Gus Dur dan sebagai figur yang dihormati dalam lingkungan Nahdlatul Ulama. Baru-baru ini, Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, berharap bahwa Anies Baswedan, calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, akan memilih Yenny Wahid sebagai calon wakil presidennya. Yenny dianggap memiliki kapasitas dan rekam jejak yang baik dalam dunia politik.

Dengan pengalaman dan latar belakangnya yang kuat dalam jurnalistik, politik, dan pemikiran pluralisme, Yenny Wahid menjadi salah satu sosok yang patut diperhatikan dalam perjalanan politik Indonesia. Diharapkan bahwa kontribusinya dapat membawa manfaat bagi perubahan dan persatuan di negeri ini.

Post a Comment